Sementara Hujan…

 

Sementara hujan, embun pucuk cemara menghujam tanah merah.

Seperti membalut kecewa, meredam setiap amarah.

 

Sementara hujan, bau tanah basah menyesap uap panas jalanan.

Semacam gelisah, terngiang deras oleh kenangan.

 

Sementara hujan, sepasang telinga rindu menanti dengar.

Sepasang lisan rindu mendamba ucap.

Sepasang tubuh rindu mengharap dekap.

 

Sementara hujan, beberapa jejak kaki saling mencari.

Memantaskan diri, sambil terus mengimani janji.

 

Sementara hujan, beberapa orang diam-diam saling mendoakan.

Di antara temaram, harapan dan kehilangan.

 

Sementara hujan, beberapa orang diam-diam meletakkan hati.

Melebur dengan sepi, meresapi hembusan mimpi.

 

Sementara hujan, beberapa insan menghirup tenang.

Beberapa sendu menyusup menang.

Beberapa sesak masih menggenang.

 

Sementara hujan, sekepak senja menatap debar.

Secercah pagi membagi binar.

Setulus hati menebar sabar.

 

Sementara hujan, gemericik rintik terus berjalan.

Butiran buih berlarian, melaju ke hadapan.

Lalu, mengapa masa depanmu masih kau tahan?

 

Sementara hujan, beberapa tubuh membujur kuyup.

Beberapa harap perlahan meredup.

Lalu, mengapa tak berserah diri kepada Pemilik Hidup?

 

Sementara hujan, beberapa tubuh mencari teduh.

Beberapa lainnya bermandi peluh.

Lalu mengapa engkau tak pernah bosan mengeluh?

 

Sementara hujan, beberapa tubuh melangkah pasti.

Beberapa jiwa riang menari, meniti jemari.

Menanti pelangi di ujung hari.

 

Sementara hujan, tersirat rindu terhadap rumah.

Tercipta diri dari remah tanah.

Lekang, tak selamanya, hanya sementara.

2 pemikiran pada “Sementara Hujan…

Tinggalkan komentar